Saturday, October 15, 2016

Island hopping (Gili - Lombok - Bali)

Does island hopping with a baby sounds impossibru? Nah, not at all! Waktu umur 7 bulan, Kira hopping ke 5 pulau yang berbeda: Jawa - Lombok - Gili - Pulau Seribu - Bali dalam 3 minggu. Tapi cerita tentang Pulau Seribunya belakangan ya, di post yang berbeda. Kali ini Gili, Lombok dan Bali dulu.

Gili Trawangan
Well, I can say this island does not fit babies and elders. Ini pulau anak muda banget. Di Gili memang ngga ada kendaraan bermotor untuk keliling pulau, adanya sepeda atau cidomo (kereta kuda). Baca2 di blog orang ada yang cerita bahwa biasanya setiap hotel ngasih pinjam sepeda gratis dan ada kursi bayinya. Yes, bisa laah bawa Kira jalan2 naik sepeda karena udah kuat juga duduknya. Ternyata eh ternyata, booster seat yang disediakan bukan diperuntukkan untuk bayi seusia Kira. Mungkin lebih cocok untuk anak di atas 2 tahun kali ya, karena ngga ada penyangga di sekitar badan anak jadi bahaya buat bayi yang belum "aware" sama sekitarnya. Jadilah kami kemana-mana naik cidomo yang mematok harga cukup mahal, atau terkadang jalan kaki. Jadi, saya berkesimpulan pulau ini memang cocoknya buat anak-anak muda atau yaa maksimal middle age lah 40 tahunan yang mau leyeh-leyeh, nyantai, sepedaan di pulau, jalan kaki sama pasangan keliling pulau, tanning dll. Bukan buat yang bawa bayi dibawah 2 tahun.

Keribetan bahkan terjadi dari sejak kapal merapat ke dermaga. Belum juga menginjakkan kaki di pulau udah ribet. Pas turun dari kapal, awak kapal hanya menurunkan barang bawaan dari kapal ke dermaga, setelah itu langsung pergi ke pulau berikutnya. Dengan kata lain, kita (dan barang bawaan) ditinggal begitu saja di dermaga. Di dermaga, jangan harap ada porter, penduduk lokal yang lalu-lalang pun ngga kelihatan sama sekali ada niat mau bantu bawain barang. Jadi dari dermaga ke pulau harus gotong-gotong barang sendiri, sambil jalan di jembatan yang terbuat dari balok-balok yang bisa mengapung dan di sambung-sambung dengan tali. Jadi sambil gendong Kira pakai carrier, gendong ransel, tangan kanan gotong stroller, tangan kiri gotong koper, sambil goyang-goyang di atas jembatan. Daaan panas! Ngga usah dibayangin, dicoba aja langsung kalau mau. But we survived anyway, jadi kalau mau coba silahkan banget heheheh.

Kalau merasa tertantang mau ke Gili Trawangan, I strongly suggest nginepnya di hotel ombak sunset karena dekat dengan pantai dan ayunan di atas air laut yang hits banget di social media itu adanya di depan hotel ini persis. Di dekat hotel ini juga banyak cafe dan tempat makan, jadi ngga bingung keliling naik sepeda atau panggil cidomo sekedar buat makan.

Untuk ke Gili, dari bandara perjalanan darat ditempuh selama kurang lebih 2 jam buat sampai ke pelabuhan, lalu nyebrang dengan kapal sekitar 15-20 menit. Pilihannya ada speedboat, ada juga kapal kayu. Tapi kalau kapal kayu bareng sama nelayan, pedagang, ikan dll. Oh ya, jangan khawatir si lucu akan mabuk laut, insyaAllah aman. Pengalaman saya beberapa kali ajak Kira dan keponakan saya yang masih bayi naik kapal alhamdulillah aman-aman aja semuanya.

Soal makanan, di Gili banyak sekali cafe-cafe yang "instagramable". Banyak cafe yang menjual masakan western atau chinese. Tapi yang paling terkenal justru makan di pasar dimana kita pilih lauk dan sayur sendiri terus dimasak langsung di tempat sama penjualnya. Untuk makanan lauk-pauk standard (seafood bakar/goreng, ayam bakar/goreng) menurut saya cukup mahal dan rasanya hm agak hambar. Overall, kalau bawa anak saya sih malas ke Gili lagi, kecuali kalau berdua suami aja atau sama teman2 mungkin lain cerita. Saya pribadi lebih suka menghabiskan waktu di Lombok daripada Gili.

Lombok

Next stop: Lombok! Dibanding Gili dan Bali, saya paling suka Lombok. Sebagai muslim, di Bali saya harus lebih berhati-hati karena banyak makanan non-halal, sedangkan di Lombok, mayoritas penduduknya adalah muslim, jadi makanan halal tersebar dimana-mana, begitu pula masjid. Sangat mudah menemukan masjid di Lombok. Selama di Lombok, kami menginap di Novotel Resort Lombok. Jarak dari Mataram ke Novotel sebenarnya agak jauh, sekitar 2 jam dengan mobil. Tapi, dari Novotel ke Bandara Lombok Praya justru lebih dekat dibandingkan dari Mataram ke bandara.

Kenapa kami memilih Novotel yang sebetulnya cukup jauh dari peradaban? Karena pantai-pantai disekitar sini bagus bagus banget! Novotel sendiri punya private beach yaitu Pantai Kuta, dengan perbukitan kecil di sekitarnya. Kalau pagi atau sore banyak turis yang naik ke atas bukit untuk melihat-lihat pemandangan dari atas, tapi berhubung kami pemalas-pemalas jadi menikmati pantai dari gazebo aja. Di sekitar situ, ada beberapa pantai yang terkenal yaitu Mawun, Selong Belanak dan Tanjung Aan. Pantai-pantai ini hanya berjarak kurang lebih 10 menit dari Novotel dengan mobil. Novotel sendiri menyediakan penyewaan mobil atau bisa juga sewa dari luar, tinggal tanya di resepsionis nomor telepon rental mobil terdekat dan pintar-pintar menawar. Harga sewa dari hotel tentu saja sudah tidak bisa ditawar, sedangkan kalau rental dari luar, biasanya kalau ditanya berapa tarif sewanya mereka akan jawab "samain aja sama hotel", nah tinggal Anda pintar-pintar nawar deh. Biasanya sih akan dikasih tarif lebih murah, atau tarifnya sama tapi tidak diberi batasan waktu. Kalau pakai mobil hotel, tarif dan jamnya sudah saklek, tidak bisa ditawar. Kalau pakai 6 jam ya sebelum 6 jam sudah harus balik ke hotel.

Pantai-pantai yang kami kunjungi di daerah Kuta (Mawun, Selong Belanak dan Tanjung Aan), semuanya memiliki pasir putih yang indah banget. Pantai Selong Belanak memiliki ombak yang cukup besar, banyak perahu nelayan melabuh di pantai itu. Kita bisa juga sewa kapal untuk main ke pulau kecil di dekat pantai Selong Belanak. Tapi kami memutuskan menikmati pemandangan dari pantai saja. Selain irit, lagi-lagi karena malas :p Pantai Mawun menurut saya paling enak buat leyeh-leyeh atau berenang. Ombaknya cenderung tenang, pasirnya putih bersih dan pantainya dalam (tidak dangkal), jadi enak banget buat berenang. Belum sempat benerang, Kira udah keenakan tidur ditiup angin pantai. Pantai Tanjung Aan juga memiliki pasir putih dan ombak yang tenang. Tapi pantainya cenderung dangkal. Untuk bayi cocok main air di Tanjung Aan, tapi untuk orang dewasa lebih enak berenang di Mawun.

Pantai Mawun

keenakan
Selong Belanak

Selain ke pantai-pantai tadi, kami sempat ke Mataram tapi hanya sebentar, cuma buat makan. Kemudian dalam perjalanan dari Mataram ke Novotel, kami mampir ke Desa Sade, desa adat Lombok yang dijadikan tempat wisata budaya. Desa Sade menyuguhkan kehidupan tradisional suku Sasak dimana kita bisa melihat rumah-rumah tradisional, penenun tradisional dan cara hidup suku Sasak. Desanya sendiri sebenarnya kecil, terdiri dari beberapa rumah tradisional dan mayoritas penduduknya adalah pengrajin, penenun paling banyak.

2 malam di Lombok ternyata kurang banget! Kami belum sempat menjelajah pantai-pantai eksotis di Lombok Timur, belum sempat main-main di kaki gunung Rinjani, bahkan belum mampir ke Senggigi. Semoga diberi kesempatan main ke Lombok lagi karena masih banyak yang mau dijamah.

Bali
Sepertinya untuk Bali nggak perlu dibahas panjang lebar ya? Siapa sih yang ngga tau dan belum pernah ke Bali? Sepertinya hampir semua orang Indonesia pernah ke Bali. Waktu ke Bali sama Kira, kami malah lebih banyak menghabiskan waktu di hotel karena hotelnya enak buat leyeh-leyeh dan lokasinya di Ubud, cukup jauh dari atraksi wisata lain seperti Legian atau Seminyak. Jadi, karena Kira dan keponakan saya waktu itu juga masih sangat kecil dan ngga akan ingat kalau di ajak jalan-jalan mengelilingi Bali, kami putuskan untuk menghabiskan waktu di hotel dan mengunjungi rice terrace saja.

Overall, kalau punya rencana mengajak bayi ke Bali, do not hesitate! Bawa aja! Ngga ada kesulitan sama sekali mengajak bayi ke Bali. Fasilitas di Bali kurang lebih sama dengan Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, jasa transportasi online (let's say, Uber, Go-Jek) juga tersedia, makanan melimpah (hanya saja untuk yang muslim harus lebih berhati-hati), supermarket banyak kalau-kalau kehabisan popok, ah pokoknya lengkap deh. Nggak perlu khawatir sama sekali kalau mau liburan ke Bali sama si kecil. Paling jaga-jaga kalau keenakan berjemur di Bali, jangan lupa aplikasikan sunblock pada si kecil untuk menghindari terbakar sinar matahari. Udah. Bali sih gitu aja yang bisa ditulis :D


Soal makanan Kira -yang waktu itu masih 7 bulan, belum bisa dikasih makanan dewasa tapi juga harus makan karena sudah mulai mpasi, saya bawa beberapa kaleng Heinz jar berupa puree dan custard dan bubur instan untuk emergency. Pengalaman waktu ke Lombok cuma bawa bubur instan dan susah cari makanan yang bisa Kira makan akhirnya berujung Kira sembelit :( jadi waktu ke Bali coba beli Heinz in jar dan alhamdulillah nggak sembelit lagi. Jadinya bubur instan tetap dibawa tapi sebisa mungkin nggak dikonsumsi kecuali mendesak. Selebihnya saya pesankan jus buah di hotel, waktu breakfast kasih bubur yang disediakan hotel dan bawa biskuit untuk cemilan.

Oh ya, soal fasilitas menyusui dan nursery room, hampir sama dengan kota lain di Indonesia, fasilitas nursery room di Bali paling hanya ada di mal-mal saja. Di tempat umum lain seperti pantai, jangankan nursery/changing room, toilet saja terbatas. Begitu pula di Lombok. Kalau mau mengganti pakaian Kira, paling saya gantikan di alas kain seperti yang Kira pakai untuk tidur atau di mobil. Kalau di Gili, jangan harap ada changing room, tempat bilas saja jarang. Biasanya aktivitas turis-turis di Gili dimulai dari berjemur, celup-celup dikit ke air laut, kemudian balik ke hotel masih dalam keadaan basah dan penuh pasir. Jadi kalau mau mengajak si kecil bermain air di pantai di Gili, siap-siap membawanya pulang dalam keadaan masih penuh pasir dan air laut.

Untuk menyusui, ya standard orang Indonesia lah. Selagi masih tertutupi atau pakai nursing apron, menyusui dimana saja aman. Apalagi di Bali dan Gili, yang nggak menyusui aja acceptable kalau "kelihatan", apalagi yang menyusui. Totally acceptable! :D

Guess that's all for Kira's island hopping story, semoga bermanfaat ya!
XOXO, Kira

1 comment

Powered by Blogger.

Popular

LATEST POSTS

© WANDER WITH KIRA
Maira Gall