Tuesday, August 16, 2016

Winter in Tokyo


Udah nggak winter-winter amat sih. Menurut kami ini waktu yang tepat untuk mengunjungi negara 4 musim, yaitu pada pergantian musim dingin ke musim semi karena kondisi udara yang nyaman. Sudah nggak terlalu dingin, tapi masih sejuk dan sangat nyaman untuk jalan-jalan. Jadi serasa pakai AC terus. Daaaan barang-barang winter sudah SALE, hahaha. Jadi kalau Anda kesulitan mencari winter coat di Indonesia, agendakan hari pertama di negara tujuan untuk mencari winter coat karena sudah mulai SALE dan harganya jadi murah banget!

Pada waktu kami mengunjungi Tokyo, suhu di sana berkisar antara 5'-15'C. Agenda kali ini ikut Ayahnya Kira training (sambil liburan), jadi kami hanya mengunjungi Tokyo saja, belum sempat ke kota lain seperti Kyoto dan Osaka. But overall, it was a pleasant experience for us.

Timing
Akhir musim dingin menurut kami merupakan waktu yang cukup baik untuk mengunjungi kota ini. Udaranya dingin & berangin tapi tidak terlalu ekstrim. Jadi sangat nyaman untuk jalan-jalan. Selain itu, bepergian di pergantian musim seperti ini juga dapat memecahkan masalah dalam mencari winter coat terutama untuk bayi.

Cukup sulit mencari winter coat di Indonesia, khususnya coat untuk bayi. Karena itu, sebelum berangkat kami nekat cuma bawa jaket yang biasanya Kira pakai ke puncak dan berniat membeli di Tokyo. Dan ternyata strategi ini tepat! Begitu sampai di Tokyo, kami berkeliling untuk mencari coat buat Kira. Jika mencari coat di pergantian musim seperti ini, dapat dipastikan semuanya SALE! Seperti coat yang Kira pakai ini, merknya Baby GAP dan harganya jadi cuman 100 ribuan aja!! Best buy so far. Untuk bayi, usahakan beli coat yang harganya murah, karena pasti hanya dipakai satu kali. Apalagi kita tinggal di negara tropis dan saat berkunjung ke negara musim dingin lagi coatnya pasti sudah tidak muat.


Hopping around Tokyo
Kota ini adalah kota yang sangat wheelchair dan baby stroller friendly. Tidak perlu khawatir akan kesulitan bepergian kesana kemari membawa bayi, karena di setiap stasiun kereta, mal, dan hampir semua tempat umum menyediakan jalur dan lift untuk kursi roda dan baby stroller. Selain itu, di setiap kamar mandi umum ada kamar mandi untuk ibu & anak yang menyediakan changing table bahkan kursi bayi! Jadi, nggak ada alasan untuk tidak mengunjungi kota ini dengan anak-anak.

Changing table (photo source: google)

Baby chair (photo source: google)
What to eat?
Cukup banyak pilihan halal food di Tokyo, salah satunya halal ramen di Shinjuku. Selengkapnya bisa dilihat di www.halalmedia.jp. Eh, itu makanan buat kita ya bukan buat bayi? Hehe. Untuk Kira, saya mencoba memikirkan cara semudah dan se-simple mungkin untuk makanannya. Dari Indonesia, saya membawa beberapa botol Heinz Jar, beberapa bungkus biskuit dan bubur instan untuk berjaga-jaga. Selama di Tokyo, kami stay di hotel sehingga kurang memungkinkan untuk memasak MPASI sendiri. Jika Anda stay di apartemen yang memiliki dapur sendiri, mungkin Anda bisa memasak untuk bayi Anda. Karena tidak bisa memasak sendiri, saya melakukan hal ini untuk memastikan Kira tetap mendapat nutrisi yang cukup:

Pada saat sarapan, menu sarapan di hotel selalu ada bubur nasi. Sangat membantu para ibu untuk memberikan MPASI pada bayinya. Jadi, setiap pagi Kira makan bubur nasi dengan lauk dan sup yang disediakan di restoran hotel. Jangan lupa untuk membawa tempat makan kosong saat sarapan. Untuk apa? Untuk "membungkus" bubur tentunya hahaha. Kami biasanya sarapan di akhir waktu sehingga bubur yang kami bawa masih bagus untuk di makan pada jam makan siang. Lauknya tinggal disesuaikan dan bisa ditambahkan sup hangat agar tidak perlu memanaskan bubur saat makan di tempat umum.

Kalaupun buburnya sudah kurang bagus pada waktu makan siang, jangan khawatir. Nasi merupakan makanan utama orang Jepang, jadi sangat mudah menemukan menu nasi atau bubur di restoran-restoran umum. Bahkan, resto halal ramen di Shinjuku pun memasukkan nasi dalam paket ramen mereka. Jadi sudah ada ramen, ada nasinya juga. Akhirnya nasinya saya berikan untuk Kira dengan lauk telur dan ayam (yang saya suwir kecil-kecil) dan diberikan kuah ramen. Yum! Namun, tantangannya adalah, kebanyakan menu ditulis dalam huruf jepang, tanpa diterjemahkan ke bahasa inggris dan banyak pelayan yang kurang fasih berbahasa inggris. Jadi memesan makanan untuk diri sendiri saja cukup menantang apalagi memesan makanan untuk bayi. Selamat mencoba! hehehe.



Traveling bersama bayi berarti menyediakan waktu ekstra. Tidak seperti saat lajang atau jalan-jalan berdua suami yang bisa dengan cepat pergi kesana kemari, saat mengajak bayi traveling, apalagi kalau sudah mulai MPASI, kita harus menyediakan waktu makan khusus dimana kita harus duduk di tempat makan atau restoran agar dapat memberi makan pada bayi. Tidak bisa lagi membeli makan di pinggir jalan dan makan sambil jalan-jalan, sambil mengejar kereta, dll. Jadi, selipkan waktu makan yang cukup di itinerary Anda, ya.

Jangan lupa juga untuk membawa snack seperti biskuit saat bepergian. Udara dingin membuat kita lebih cepat lapar. Jadi, sangat disarankan untuk memberikan snack atau finger food yang mudah dibawa saat berjalan-jalan. Selain itu, kami juga membeli buah di supermarket dekat hotel dan meminta pihak restoran hotel untuk memotong buah menjadi potongan-potongan kecil yang bisa langsung dimakan Kira.

Breastfeeding?
Lagi-lagi, kota ini sangat sangat ramah bayi. Fasilitas menyusui selalu ada di tempat umum, biasanya di dekat toilet ibu & anak. Fasilitas menyusui di beberapa stasiun besar seperti Shibuya Station bahkan di desain sangat lucu bertema princess. Sayang saya tidak sempat mengambil gambarnya. Intinya, kebutuhan menyusui sangat diperhatikan di kota ini. Kalaupun tidak sempat ke nursery room, jika Anda membawa nursing apron, menyusui di tempat umum juga dapat diterima oleh masyarakat. Tidak ada tatapan aneh atau mencibir jika Anda menyusui (dengan nursing apron atau baju menyusui) di tempat umum. Kira bahkan sempat menyusu di dalam kereta! Tapi alhamdulillah semua memandang normal fenomena ini, atau tidak peduli? Entahlah, yang penting bisa nyusu! Hehehe.

Must bring items!
Salah satu barang yang menurut saya harus di bawa dari Indonesia adalah obat-obatan dasar seperti obat demam, obat flu, dan vitamin. Bisa juga menambakan obat-obatan sesuai riwayat penyakit Anda seperti obat maag, obat asma, dll. Kenapa harus dibawa? Karena semua produk di Jepang bertuliskan huruf jepang, sangat sedikit yang memiliki dua bahasa (Jepang-Inggris) dalam kemasannya. Sehingga untuk mencari obat akan sangat sulit. Ditambah sulitnya berkomunikasi dengan petugas apotek mengenai obat yang Anda cari. Jadi, lebih baik membawa obat-obatan sendiri dari rumah. Toh, obat-obatan tidak berat dan memakan banyak tempat di koper, kan?

Satu barang lagi yang perlu Anda bawa saat musim dingin adalah lip balm dan pelembab. Udara dingin membuat kulit kering, terutama kulit bibir. Waktu lagi jalan-jalan, bibir Kira tiba-tiba berdarah cukup banyak, padahal sudah saya oleskan Lucas Pawpaw Ointment sebelum keluar hotel. Ternyata, mengoleskannya harus tebal dan sesering mungkin.

Untuk barang-barang kebutuhan lainnya seperti popok bayi, tidak akan sulit dicari di Jepang. Hanya saja popok bayi biasanya dijual di swalayan besar, tidak ada di swalayan kecil seperti 7eleven atau Lawson. Anda juga harus memastikan ukurannya sesuai dengan bayi Anda karena beberapa merk popok menuliskan ukuran popok dalam huruf jepang di kemasannya.

Bayi dan udara dingin?
Sebelum mengajak bayi Anda mencicipi udara musim dingin, sangat wajar orang tua merasa khawatir. Saya dan suami juga mengalami hal yang sama. Untuk itu, menurut kami timing sangatlah penting. Hindari berkunjung pada saat kondisi cuaca ekstrim. Di Jepang, pada bulan Januari suhu bisa mencapai -4'C!

Kekhawatiran kami bahwa Kira akan kedinginan ternyata salah. Kira malah senang sekali berjalan-jalan di luar dalam cuaca dingin. Kalau kami masuk ke pertokoan untuk menghangatkan diri, pasti dalam waktu kurang dari 10 menit Kira akan "merengek" dan saat di ajak keluar pertokoan rengekan itu akan langsung berhenti! Bahkan saat diterpa angin dan kami merasa kedinginan, Kira justru tepuk tangan kegirangan! So, jangan khawatir membawa bayi Anda ke tempat yang dingin, karena bisa jadi dia justru menikmatinya, like Kira did!

Long-flight bersama bayi
Perjalanan dari Jakarta ke Haneda (Tokyo) memakan waktu kurang lebih 8 jam. Lalu bagaimana melewati perjalanan sepanjang itu dengan bayi? Sebagai pegawai Garuda Indonesia, kami kebetulan mendapat "jatah" kelas bisnis. Jadi, kami tidak bingung cara menidurkan Kira di pesawat karena kursi Garuda kelas bisnis untuk perjalanan Jakarta-Haneda dapat fully reclined, jadi Kira dapat tidur seperti di kasur sendiri. Untuk Anda yang bepergian dengan kelas ekonomi, tips ini mungkin bisa Anda coba.

Karena bayi di bawah 2 tahun tidak mendapat kursi sendiri, dan bayi di atas 9/10 bulan sudah tidak dapat menggunakan baby bassinet, tidak mungkin Anda memangku bayi Anda selama 8 jam, kan? Cara yang patut Anda coba adalah dengan meminta untuk duduk di baris tengah yang memiliki 3 sampai 4 kursi pada saat check in. Pilih waktu bepergian yang tidak berbarengan dengan libur sekolah atau high season sehingga kemungkinan pesawat penuh lebih kecil. Minta petugas check in untuk meberikan Anda kursi yang kiri-kanannya masih kosong dan minta untuk diberikan jarak pada nomor kursi, tidak bersebelahan. Misalnya, Anda duduk di 22D sedangkan suami Anda di 22F sehingga ada jarak satu kursi. Kursi ini kemudian dapat digunakan sebagai "tempat tidur" bayi Anda jika armrestnya dinaikkan.

Kemungkinan kursi itu untuk ditempati orang menjadi lebih kecil karena jarang ada orang yang mau duduk di tengah orang-orang tak dikenal. Kalaupun bepergian seorang diri, biasanya orang akan memilih duduk di pinggir. Dan biasanya, untuk penerbangan jarak jauh seperti ini, saat check in petugas akan menanyakan pilihan tempat duduk Anda terlebih dahulu. Dan kalaupun kursi itu terisi, Anda dapat dengan sopan meminta pemilik kursi tersebut untuk bertukar tempat dengan suami Anda. Kemungkinan permintaan Anda ditolak sepertinya kurang dari 1% hehehe. Kalau Anda kurang beruntung seperti ini, setelah pesawat lepas landas tanyakan pada flight attendant apakah ada baris kursi yang masih kosong sehingga Anda dapat pindah ke baris tersebut.

Well guess that's all for today, hope you enjoy and find it rather useful. See you soon dan jangan lupa piknik!
Xoxo,
Kira

6 comments

  1. Mau tanya, beli pelembab bibir anak Lucas pawpaw onintmen dimana ya?

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  3. Mau tanya, di bawah coat itu pakai baju seperti apa yah/bahan yang cocok supaya bayi tidak kedinginan? Berlapis-lapis kah atau 1 lapis + coat jg ok? Terima kasih sebelumnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo!
      Tergantung seberapa dingin & seberapa tebal coatnya. Coat yg kira pakai termasuk tuebel banget, jadi dalemannya cuma heat-tech uniqlo + kaos. Tapi di diaper bag jaga2 bawa sweater, jadi kalau tiba2 cuaca berubah dingin banget atau anaknya rewel kedinginan, bisa dilapisin sweater lagi sebelum coat. Semoga membantu ya :)

      Delete
  4. Hello Your vacation while in Tokyo is very fun. Moreover, you come during the winter season. I like reading your experiences. Thank you for sharing your experiences and knowledge about holidays. impi.com

    ReplyDelete

Powered by Blogger.

Popular

LATEST POSTS

© WANDER WITH KIRA
Maira Gall