Sunday, December 22, 2024

New Zealand South Island RV Road Trip (Part 3)

After a week full of adventure, perfect weather, and constantly rushing, it's time to drive back to where we started: Christchurch. Kami memilih rute yang berbeda dengan rute berangkat karena memang mau explore sisi barat dari South Island. Banyak banget lokasi-lokasi cantik yang mau kami explore. Tapi kan prinsipnya manusia hanya berencana, Allah yang menentukan cuaca. Jadi ya.....pasrahin.

Tujuan pertama kami saat meninggalkan Wanaka sebetulnya mampir ke Blue Pools, sekitar satu jam perjalanan dari kota Wanaka. Perhitungannya udah sempurna banget nih: berangkat setelah makan siang sekitar jam 1, perjalanan satu jam bisa dimanfaatkan buat anak-anak tidur siang, jam 2-4 main di blue pools, terus jam 4-5an cabut ke tempat menginap pertama di kota Haast. Kemarin-kemarin rencana kami gagal gara-gara kesiangan dan kebakaran, kali ini berangkat udah tepat waktu, tapi 20 menit setelah meninggalkan Wanaka, hujan deras sayang. Ditambah medan nyetir yang dikelilingi hutan dan ga ada signal, horor. Jadi kami tarik langsung ke Haast. Padahal cantik banget Blue Pools, sedih.

Blue Pools from google
Haast
Kalau sisi tengah dikelilingi danau dan gunung salju, landscape di west coast itu rainforest, glacier dan pantai, tapi pantainya pasir hitam jadi cakepan Pantai Melasti. Karena banyak hutan, di bagian ini juga sebetulnya banyak air terjun. Setiap beberapa km ada sign air terjun, namun tidak kami sambangi karena cuaca. 5 hari dari Wanaka sampai Christchurch ngga pernah cerah, kalau ngga hujan air, hujan salju. Alhamdulillah pas main course di Hooker Valley, Pukaki & main di Wanaka cuacanya bagusssss banget. Ngga nyesel muter itinerary 180 derajat.

Haast sebetulnya jadi tempat transit aja, karena kota terdekat dari Wanaka ya Haast. Artinya, holiday park, supermarket, SPBU terdekat dari Wanaka ya di Haast. Ngga banyak tempat wisata di Haast, paling river safari atau pantai pasir hitam. Kami yang biasa baru cari holiday park di jalan menuju tujuan rada keder karena sepanjang jalan susah signal, baru ada pas udah masuk kota. Ujung-ujungnya kami nemu yang ada di pinggir jalan dan besar aja, bukan berdasarkan hasil nyari-nyari di internet. Untung kami sampai masih di bawah jam 6 sore, jadi masih aman kalaupun go-show. Ini juga salah satu keuntungan berlibur di low season, ngga was-was kalau belum sempet booking, tinggal dateng, pasti ada tempat kosong. Kami menginap di Haast River Motels & Holiday Park, kayanya satu-satunya holiday park besar di Haast. Di kota ini, cuma ada beberapa penginapan, kayanya ngga nyampe 10, dan holiday park yang ada powered campsite dan fasilitas cukup lengkap ya cuma yang kami tempati, selebihnya motel.

A bit of west coast's landscape. Kalau ngga ada awan, kayanya kelihatan glacier dari sini.
Franz Josef
Dari Haast, kami menempuh 2 jam ke kota Franz Josef. Rencana awal, kami mau hiking tipis-tipis di rainforest sampai bisa melihat Fox Glacier. Namun lagi-lagi terhalang cuaca. Memang kayanya di minggu kedua kami ditakdirkan untuk bersantai di van aja, menikmati sisa-sisa hari bersama si RV. Franz Josef lebih besar daripada Haast, mirip Wanaka, cuma beda pemandangan. Untungnya, ada penginapan enak di Franz Josef, namanya Rainforest Retreat. Selain fasilitas standard holiday park, di sini ada hot tub yang bisa dipakai gratis! Lumayan banget berendem air hangat di tengah hutan walaupun keluar dari hot tub menggigil sampe van.

Atraksi wisata terbanyak di Franz Josef adalah heli & glacier hike. Jadi naik helikopter sampai ke glacier, lalu explore glacier selama 40-60 menit, baru dijemput heli lagi. Kalau cuaca lagi bagus, kayanya pemandangan dari kota ini juga cantik deh, ada rainforest dan glacier. Selain berendam air hangat, aktivitas yang bisa kami lakukan di cuaca gloomy adalah rebahan dan lari sore, oh sama belanja ke supermarket. Udah, tamat.

Awannya setebel itu. Sulit ditembus
Hokitika
Nah, ini sebetulnya juga salah satu gong yang mau kami explore tapi masih terhalang cuaca. Bener-bener hampir seminggu gloomy terus. Kami udah niat banget mau ke Hokitika Gorge, apalagi karena kami belum dapet Blue Pools karena Hokitika Gorge ini mirip-mirip sama Blue Pools. Hari pertama kami udah sampai Hokitika dari siang (tumben banget kan) dengan harapan bisa ke Hokitika Gorge dulu, tapi masih hujan. Akhirnya check in ke Links View Holiday Park (yang adalah holiday park terbest, nanti kita bahas lebih detail) dan berencana ke Hokitika Gorge besok pagi sebelum lanjut ke arah Christchurch. Namun gagal maning gagal maning son, besokannya masih hujan & mendung banget.

Now to the holiday park. Di Hokitika sebetulnya cukup banyak holiday park, mirip-mirip Franz Josef lah kotanya, ngga sekecil Haast. Holiday park besar yang ada di Hokitika salah satunya Hokitika's Kiwi Holiday Park & Motels. Ini seru sih, ada waterparknya! Tapi ngga tau ya kalau winter buka atau engga. Namun, kami memilih holiday park kecil hasil rekomendasi tiktok yaitu Links View Holiday Park. Holiday park ini dikelola perorangan, opa-opa yang tinggal di situ juga. Harganya murah banget, semalamnya cuma NZD 45. Walaupun kecil, tapi fasilitasnya cukup lengkap, ada kamar mandi & shower air hangat, dapur, laundry (tapi pakai koin), dan common roomnya kecil kayak airbnb, udah mana cuma kami yang menginap di situ, jadi itu common room serasa milik pribadi. Waktu masuk ke common room dan keliling ke kamar mandi, Kana langsung minta pup wkwkkw betul-betul feels like home.

Karena dikelola perorangan dan kecil, jadi rasanya intimate banget. Kami seharian nongkrong di common room nonton netflix, ngopi, nyantai-nyantai. Kangen juga beraktivitas di rumah, bukan di van. Kadang-kadang, owner atau penjaganya yang juga opa-opa masuk dan ikut nongkrong, ngobrol-ngobrol sama kita, main sama Kira Kana. Nyaman bangeeet, dan terutama, murah heheheh.

Nyimin banget serasa milik pribadi
Lake Pearson
Another gong yang untungnya masih dapet tipis-tipis. Dari Hokitika, kami sudah siap untuk freedom camp di Lake Pearson, danau kecil 1 jam dari Christchurch. Sebelum sampai di Lake Pearson, ada Arthur's Pass National Park yang tentunya akan kami sambangi kalau cuaca bagus, sayangnya masih hujan dan gelap. Jadi kami langsung ke Lake Pearson. Selain karena cuaca, sisi barat juga jarang dieksplor turis, jadi hari itu sepiii banget, hanya kami yang bermalam di Lake Pearson. Karena menginap seharian, kami jadi bisa main-main waktu cuaca agak cerah (yang cuma 15-20 menit) terus masuk van lagi pas hujan mulai deras. Lumayan, bisa main lempar-lemparan batu ke danau kayak di film. Seharian kami cuma bengong di kasur bagian atas sambil buka jendela, ngeliatin langit dan rintik hujan netes di danau, terus pas ada matahari, muncul pelangi. Ya Allah, syahdu amat. Sebuah penutup road trip yang ayem.

Tiba-tiba ada pelangi, buru-buru pake jaket, turun, foto, main di danau sebelum hujan lagi
Cakepp banget kan
Perjalanan dari Lake Pearson ke Christchurch kurang lebih 1.5 jam, tapi tiba-tiba hujan salju, jadi jarak pandang memendek. Ditengah hujan salju, kami rada jiper juga nyetir truk dengan jarak pandang segitu, akhirnya pas nemu lokasi yang bisa parkir, kami melipir sebentar buat menenangkan diri, eh malah dimanfaatkan buat main salju sama anak-anak. Rejeki deh.

Lumayan dapet bonus main salju
Kalau mencari opsi atraksi wisata lain, dalam perjalanan dari Hokitika ke Christchurch ada beberapa area ski, yang terkenal Temple Basin dan Craigieburn. Kalau Craigieburn letaknya persis di seberang Lake Pearson. Untuk opsi camping, selain freedom camp di Lake Pearson, sebetulnya ada holiday park yang bagus, namanya Jackson's Retreat, tapi lokasinya lebih jauh dari Christchurch, sekitar 2.5 jam, sementara Lake Pearson cuma 1.5 jam dari/ke Christchurch.

Christchurch
Setelah main salju, kami mau ngga mau memberanikan diri nyetir masih di tengah hujan salju karena ngejar waktu balikin campervan ke Christchurch. Rencananya, Kira, Kana dan Ibu di-drop Ayah di airbnb, terus ayah balikin van ke tempat sewa di dekat bandara. Balikin van maksimal jam 4, kami sampai Christchurch jam 1, kok ya masih tercepot-cepot sampe paspor visa dan SIM ketinggalan tuh gimana ya alur ceritanya?

Drama beberes dan ketinggalan paspor udah di part 1 ya, kali ini kita fokus ke wisata Christchurch. Kota ini enak banget deh, ngga rame, ngga chaos, bahkan area CBDnya tenang. Kami menginap di area CBD dan nyaman banget, ngga berisik, ngga bau pesing (IYKYK), enakk deh. Kami menginap 2 malam di Christchurch, malam pertama nyampe airbnb udah sore, jadi beberes, nyuci baju, belanja ke supermarket, makan malam, istirahat. Hari kedua, ayah amazing race ke tempat rental untuk ngambil paspor, Kira Kana dan ibu keliling city center dan main di playground, namanya The Margaret Mahy Family Playground. Playgroundnya gedee dan wahananya seru-seru, ayah ibunya bisa ikutan main juga!

Karena tiba-tiba hujan, jadi kami ke St. Regent Street yang jaraknya cuma 400m dari playground untuk nyari cafe atau restoran tempat berteduh. Akhirnya nemu satu tempat gelato yang jual kopi dan dessert lain, win-win! St. Regent Street ini semacam old townnya Christchurch, lucu banget sepanjang jalan ini kayak museum angkut. Sambil duduk-duduk di bagian outdoornya cafe, ada tram lewat. Gemes. Jadi anak-anak juga ngga bosen nunggu hujan dan ngga minta buru-buru main playground lagi.

Setelah ayah selesai ngambil paspor, kami lanjut main playground sampe laper, terus lanjut jalan-jalan ke Riverside Market dengan harapan nemu jajanan lucu, tapi ternyata ngga ada yang menarik, ujung-ujungnya kebab turki lagi. Sambil jalan, ngga sengaja lewatin situs sejarah Bridge of Remembrance, jembatan kecil sih, tapi yang berkesan, ada carving "Palestine" di jembatannya. Warga anti genosida mendadak emosional ya.

Situs lain yang bikin emosional adalah Al-Noor Mosque, TKP penembakan lebih dari 50 syuhada di tahun 2019. Kami solat di masjid ini yang ternyata rumit banget, tempat solat perempuan dan laki-laki terpisah (ya iyalah), tapi terpisahnya bener-bener satu masuk dari mana, satunya dari sisi lain, terus pintu masuknya bukan dari pintu utama, jadi kami muter-muter nyari pintu masuk. Kayanya mereka memperketat penjagaan setelah kejadian tahun 2019.

Al Noor Mosque
Sebetulnya, banyak objek wisata Christchurch yang ngga kami datangi. Pertama, tentu karena bayar, kedua, karena kami udah bangkrut, jadi kami cari yang gratis aja. Di Christchurch bisa coba naik boat kecil di Punting on the Avon, ala-ala di Venice gitu. Atau bisa juga naik cable car di Christchurch Gondola. Tapi keliling dan nyantai-nyantai di kotanya aja udah enak kok. Oh, kalau ke Christchurch, cobain Bites and Beans, resto timur tengah tapi pilihan makanannya ngga cuma kebab lagi kebab lagi, ada chicken strips, burger, dan menu-menu bule lain, tapi halal. Sebuah oase setelah makan mi instan-kebab-mi instan-kebab-kebab-kebab selama 10 hari.

End
Our NZ trip finally ended happily karena paspor sudah di tangan. Hari terakhir di Christchurch, kami belanja oleh-oleh di Walmart aja lalu ke bandara untuk penerbangan ke Sydney. Selesai deh perjalanan spiritual yang menguji kualitas 10 tahun pernikahan kami. Yang mau ke NZ, semoga cepet kesampaian dan minim drama. Doakan juga kami segera jalan-jalan lagi ke destinasi lain dan tentunya minim drama. Thank you for keeping up with us, hope we don't bore you! See ya!

Xoxo,
Kira & Kana

No comments

Post a Comment

Powered by Blogger.

Popular

LATEST POSTS

© WANDER WITH KIRA
Maira Gall