Saturday, December 21, 2024

New Zealand South Island RV Roadtrip (Part 1)


Prolly our first well-planned trip yang direncanain hampir setahun sebelumnya, biasanya h-14 baru ambil keputusan terus langsung gedumbrangan bikin visa. Aaand we're officially wandering with Kana! Mau ganti nama blog tapi belum ada inspirasi, nanti aja deh kalo Kana udah protes. Cut to the chase, staying in an RV has been our dream since forever! Terutama Kira. Kalau ada pameran otomotif, Kira selalu minta ikut cuma buat nyoba-nyobain RV. Kebayang dong sumringahnya kami semua dari H-sekian berangkat. Ternyata.....heheheheh. Ini trip paling menantang yang pernah kami jalani. Benar-benar menguji chemistry & kerja sama sekeluarga. Kita yang hari-harinya chill & selaw aja naik pitam. Sampe kesebut "aku mending naik gunung lagi deh daripada RV lagi". Wow bukan? Jadi yang hari-harinya tegangan tinggi sama pasagan & anak-anak, menurut hemat saya sih ngga perlu coba-coba ya.

Pre-departure
Flight
Dari Jakarta, kami terbang ke Christchurch di South Island. Pasti ada transit dari Jakarta ke NZ. Pilihannya bisa ke Bali lalu direct flight menggunakan Air New Zealand ke Christchurch, atau Jakarta-Sydney-Christchurch, bisa juga via Melbourne. Kalau transitnya di Sydney, pilihan penerbangan ke Christchurch jauh lebih banyak, ada Air New Zealand, Qantas, bahkan Emirates. Tinggal pilih yang sesuai jamnya. Kalau mau road trip di South Island, bisa juga mendarat di Queenstown, tapi pilihan maskapainya lebih sedikit. Oh, atau via Singapura dengan Singapore Airlines. Cari aja yang termurah pokoknya kan.

Kalau transit di Sydney/Melbourne, bisa dipastikan harus menginap either di Sydney atau Christchurch sebelum bisa menginap di RV karena perbedaan jam. Waktu di Christchurch 5 jam lebih cepat dibanding WIB, jadi pas sampai di Christchurch sudah hampir malam. Kami yang transit overnight di Sydney dan terbang ke Christchurchnya jam 7.50 waktu setempat aja mendarat di Christchurch udah hampir jam 2 siang. Ambil bagasi, imigrasi, bea cukai dll dst dkk, keluar bandara udah jam 3, magribnya sekitar jam 17.20. Jadi kami tercepot-cepot ambil RV (pake urus-urus dokumen, periksa RVnya), groceries dan makan karena laper ya bok belum makan siang. Ujung-ujungnya kami baru settle di RV menjelang magrib yang membawa pada keribetan selanjutnya. Cerita lengkapnya nanti, kita ke urusan visa dulu.

Visa
Pembuatan visa NZ semuanya online! Tinggal upload dokumen, isi formulir online, bayar juga online terus udah deh duduk manis nunggu visa. Ngga perlu wawancara ke kedutaan atau agen macam VFS sama sekali. Dokumen yang dibutuhkan standar lah: sponsor letter dari tempat kerja, paspor, rekening koran 3 bulan terakhir, pasfoto, itinerary, bukti pemesanan hotel & tiket pesawat. Bahkan mereka ngga minta asuransi perjalanan. Biaya visa NZ buat 4 orang kurang lebih IDR 3.5juta. Jadi applicant pertama tuh 2juta sekian, 3 orang selanjutnya nambah sekitar 350ribu/orang. Jadi kalau mau berangkat rame-rame, lebik baik bikin visanya barengan di satu aplikasi. Untuk visa Australia, ada visa transit dengan biaya IDR 0 dan durasi maksimal berada di Australia 72 jam. Lumayan kalau transit overnight bisa jalan-jalan ke kota.

Lumayan bisa nambah postingan IG di Keong Mas

Budget
Selain biaya visa, biaya lain yang harus dikeluarkan tentunya: tiket pesawat, sewa motorhome/akomodasi lainnya, bensin, campsite, biaya laundry, atraksi, dan biaya makan (belanja di supermarket atau jajan di food stall, ngga di restoran karena selain hemat, belum nemu restoran di NZ yang segitunya pengen disamperin atau masuk rekomendasi wisata kuliner macam michelin star gitu). Dengan nilai tukar 1 AUD = Rp 10.900 dan 1 NZD = Rp 9.700 waktu itu, kurang lebih segini biayanya:
- Hotel/Airbnb (termasuk hotel transit di Sydney)                    IDR 2.560.000 / malam
- Motorhome (kapasitas 6 pax, shower, toilet, gas stove)         IDR 2.400.000 / hari
- Bensin (diesel, kepake buat heater juga)                                IDR 4.000 / km
- Makanan (supermarket & jajan food stall)                             IDR 182.000 / hari / orang
- Campsites                                                                                IDR 750.000 / malam
- Laundry                                                                                   IDR 80.000 / cuci

Untuk tiket pesawat dan atraksi/entertainment selama di NZ ngga dituliskan karena kedua komponen ini sangat fleksibel. Tiket pesawat tergantung hoki apakah dapet promo atau engga, sedangkan untuk atraksi/entertainment, tergantung atraksi apa yang didatangi. Misalnya, kalau ke Milford Sound, bisa naik cruise dengan biaya kurang lebih 1 juta/orang. Atau kalau ke Queenstown, bisa naik gondola dan luge dengan biaya serupa. Kalau yang suka olahraga ekstrim, bisa juga pilih sky diving atau bungee jumping. Jadi komponen ini betul-betul sesuai selera.

Timing
Untuk waktu kunjungan, semua musim di NZ kayanya nyaman deh. Kalau winter ngga nyiksa dinginnya karena ngga sampai minus, summer juga terpanasnya ngga lebih dari 25 derajat celcius! Jadi sepanjang tahun cuacanya enak terus. Tapiii menurut salah satu pegawai tourist shop, NZ ruameee banget sama turis di summer, terutama pas libur natal. "The crowd is almost horrible" kata dia. Jadi kalau mau ke NZ waktu summer, mungkin tetap hindari peak season di liburan akhir tahun. Awal Desember atau pertengahan Januari bisa jadi opsi. Fall & springnya juga cantik banget! Tinggal pilih deh mau yang mana. Kami memilih winter karena menyesuaikan jadwal sekolah Kira aja, cari yang belum ada ulangan harian karena sudah dipastikan dia akan bolos. Liburan tepat waktu adalah mustahil karena Ayah ngga akan dapat cuti di musim liburan.

Useful Reference
Waktu mencari-cari mau ke mana aja kita selama di New Zealand, kami menemukan youtube channel yang sangat membantu, search aja Daneger and Stacey. Mereka warga NZ yang melakukan road trip dengan campervan selama sebulan dari North Island sampai South Island. Banyak banget referensi yang bisa dijadikan inspirasi, sekaligus buat mendapat gambaran kehidupan di campervan.

Camper Technicalities
Sebelum masuk ke itinerary, kita bahas teknis campervannya dulu. Memang road trip pakai RV (camper) kelihatan seru ya. Ya seru sih, tapi makkkk ruwetnya. Bisa dibilang ini mirip-mirip naik gunung lah. Dibutuhkan kerja sama dan mengeluarkan sifat asli manusia. Tapi naik gunung ngga perlu nguras tinja eym tinggal gali tanah. Alhamdulillah Kira dan Kana dua-duanya kooperatif, paling bawel aja sih, ngomong tiada henti yang di momen-momen tertentu meningkatkan tekanan darah ayah ibunya.

Where to Stay
Kalau pakai RV sebetulnya bisa menginap di mana saja, namanya freedom camping. Tapi ada beberapa lokasi yang ada sign ngga boleh freedom camping. Di lokasi yang ngga ada sign sih harusnya aman. Kami dua kali melakukan freedom camp, sekali di Lake Pukaki, satu lagi di Lake Pearson. Freedom camping memang ngga direkomendasikan untuk dilakukan setiap hari. Paling ngga selang-seling, semalam freedom, semalam di powered campsite.

Kayak gini nih signnya

Kenapa freedom camp tidak bisa dilakukan setiap hari? Karena tidak ada sumber listrik. Jadi sumber listrik di RV ada dua: dari baterai (semacam aki), dan "nyolok" dari sumber listrik biasa dari luar. Untuk baterai, perlu di-charge. Daya baterai dari full sampai kosong durasinya kurang lebih semalaman. Listrik dari baterai ini fungsinya untuk lampu, pompa air, kulkas. Stop kontak di dalam camper ngga bisa dipakai kalau sumber listriknya cuma dari baterai. Kalau nyolok ke sumber listrik dari luar, baru deh bisa pakai stop kontak yang mengarah pada penggunaan kitchen appliances kayak microwave, water kettle, dan rice cooker. Selain itu juga jadi bisa ngecharge HP dan gadget lainnya. Kalau lagi freedom camp tanpa listrik, cuma bisa ngecharge gadget pakai power bank atau pas mobil lagi jalan pakai lighter/colokan USB. Dan yang pasti, ngga bisa masak nasi pakai rice cooker ya. Masak pakai kompor masih bisa walau ngga nyolok ke sumber listrik karena kompornya pakai gas. Water heater juga pakai gas dan pompa airnya bisa pakai baterai. Kalau penghangat ruangan pakai diesel, jadi tanpa sumber listrik pun tetap bisa hangat.

Kalau perlu sumber listrik, harus cari powered campsite, biasanya ada di holiday park. Holiday park tuh semacam satu area yang punya berbagai tipe akomodasi: ada semacam hostel yang satu kamar rame-rame sama orang lain dan kamar mandi di luar, ada private room dengan kamar mandi dalam (kayak hotel), ada powered campsite, ada juga non-powered campsite (jadi cuman tempat parkir camper tapi tidak ada sumber listrik). Sebelum ke holiday park, pastiin dulu jam tutupnya, karena ada beberapa holiday park yang resepsionisnya tutup di atas jam tertentu. Beberapa holiday park menyediakan fasilitas self check in, jadi masuk jam berapa aja setelah resepsionis tutup, baru bayar besok paginya sebelum check out, tapi ada juga yang ngga ada fasilitas ini, jadi kalau resepsionis tutup, ya ga terima tamu lagi. Jadi cari informasi ini kalau sudah memperkirakan akan sampai di holiday parknya setelah gelap. Fasilitas di holiday park biasanya lengkap, ada shared kitchen, ada mesin cuci dan dryer yang bayarnya pakai koin/kartu kredit/debit, tempat pembuangan kotoran WC, sampah, air keran (grey water), dan ada tempat buat ngisi air. Bingung? Tahan. Kita lanjut dulu.

Dumping
Ada beberapa hal yang harus dibuang dari camper. Pertama tentu sampah, ini standard lah ya buangnya tinggal cari tong sampah. Tapi ngga bisa buang di sembarang tong sampah ya. Sebaiknya buang di holiday park aja. Ada juga beberapa lokasi yang menyediakan tempat pengisian air dan pembuangan buat campervan. Bisa dicari di aplikasi THL (bisa download di app store dan playstore), tinggal filter "dumping station". Kedua, grey water. Grey water itu air pembuangan dari wastafel dan shower, jadi air bekas mencuci dan kontaminannya sabun. Biasanya di dumping station ada sepaket tempat buang grey water dan air toilet. Lobang pembuangannya beda, tapi biasanya sebelahan mereka.

Nah kita beranjak ke yang paling wakwaw yaitu membuang tampungan toilet. Iya, termasuk pipis dan pupita kita. Emang ini liburan malah nambah-nambahin kerjaan. Udah tetep masak, nyapu, ngepel, nyuci baju, nyuci piring, ditambah buang isian septic tank. Kayanya ini pertama kali kami "homesick" sama WC rumah. Konsep WC di dalam camper itu cuma lobang yang dibawahnya ada penampungan. Setiap habis dikosongin, di bak penampungan itu dikasih sebuah bahan kimia yang menghilangkan bau dan gas dari kotoran-kotoran kita supaya ngga mbledos tu tampungan. Chemicalsnya dikasih sama tempat sewa, tapi kami sewa 10 hari cuma dikasih 3 biji. Dipikir kita pipis sehari cuma sekali ape ye. Jadi kami beli lagi di toko bangunan namanya Mitre10, versi betawi dari Mitra10. Penampungan WC kalau dipakai berempat (bertiga sih, karena Kana menolak pipis & pupup di WC camper, jadi dia pipis di popok, pupupnya di toilet holiday park) itu akan penuh kira-kira 2.5 hari. Jadi setiap 2-3 hari sekali kami dumping. Amannya 2 hari sih. Enaknya kalau menginap di holiday park, semua fasilitas tersedia, jadi bisa charge baterai sampai penuh, nyuci baju, buang-buang segala macam, isi air sekaligus.

Water
Sekarang masuk ke bab air. Jadi air keran di dalam camper itu berasal dari bak penampungan yang letaknya entah di sisi mana. Kita harus isi penampungannya dari air keran luar pakai selang, lalu nyalain pompa, baru deh keran di dalam camper bisa nyala. Sekali ngisi air full, kurang lebih bisa kami pakai buat mandi 4 orang dan nyuci piring 1x makan. Kalau lagi freedom camp yang ngga ada sumber air, kami biasanya pakai 1 piring buat makan 2x hahaha hemat air. Atau kalau makan roti ya dilapisin tisu aja ngga usah pakai piring. Gitu lah pokoknya survival mode.

Kejadian konyol soal air, karena kami belum ngecek keran di holiday park, kami cuek aja mandi keramas sekeluarga, nyuci piring banyak-banyak dengan mindset "nanti tinggal isi" karena biasanya keran airnya di sebelah colokan listrik, di tempat kita parkir. Pas banget saya lagi keramas, itu air tiba-tiba habis. Teriak dong "Yaaang air abis. Isiin dong". Tau yang seru apa? Ternyata keran airnya bukan di tempat kita parkir, tapi di dekat dapur. Sekitar 50m lah dari tempat parkir. Jadilah itu mobil jalan sambil saya terkurung di kamar mandi dengan kepala penuh shampoo. Konyol atau tidak hidup ini? Eits, tahan. Mindahin camper juga tidak semudah mindahin mobil biasa yang tinggal nyalain mesin terus ngeng. Harus beresin piring-gelas dulu takut jatoh, harus cabut colokan listrik di sisi luar dulu, harus ngunci-ngunci laci dulu. Banyak dah. Dan inget ya, semua dikerjakan dengan posisi saya di dalam kamar mandi penuh shampoo. Jadi ada 10 menitan saya nunggu di dalam kamar mandi. Mana pas mobilnya jalan mual maksimal karena di ruang tertutup goyang-goyang kayak gempa. Oh gini kali rasanya kalo diculik di dalam bagasi.

Oh, perihal air minum, air dari semua keran di New Zealand boleh diminum, kecuali keran campervan. Jadi, di hari pertama kami beli air mineral 1500ml x 6 botol, lalu di hari-hari berikutnya kami isi ulang di holiday park atau keran-keran lain. Butuh cukup banyak stok air di dalam camper karena dipakai juga untuk masak.

Electricity
Power outlet di New Zealand, termasuk di campervan itu tipe 1, beda sama Indonesia ya. Kalau Eropa kan sama tuh, jadi kami polos aja datang tanpa membawa universal adaptor. Di camper dan di beberapa tempat, banyak colokan USB, bukan USB-C ya. Kepolosan kami yang lain adalah kabel kami USB-C semua. Jadilah di hari kedua kami tercepot-cepot mencari adaptor. Udah keliling ke beberapa tempat, ngga nemu. Mereka justru menjual adaptor untuk kabel NZ ke outlet negara-negara lain, jadi buat warga NZ yang mau ke luar negeri. Jadi, warga, kalau mau ke NZ, walaupun tidak memakai campervan, bawa universal adaptor ya!

The Untold Truth
Driving The House
Selain keribetan buang-buang kotoran dan ngisi air, hal lain yang baru terungkap mengenai RV adalah capek banget nyetirnya. Padahal sebagian besar perjalanan dilakukan di jalanan antar kota yang sepiiii banget, ngga ada lampu merah, enak deh jalanannya. Kebayang kalau pakai mobil biasa ini bisa dari pagi sampe malam tarik teroooss menikmati pemandangan. Tapi pakai RV cuma sanggup 2-3 jam, capek banget entah kenapa, dan speednya sudah pasti lebih lelet dibanding mobil biasa ya. 80-90km/jam udah maksimal, lebih dari itu takut piring & microwave pecah sih. Jadi selain memang karena bobot mobilnya besar, kita juga lebih hati-hati karena bawa perabotan.

Selain itu, ternyata kursi penumpang belakang kurang nyaman karena ngga bisa recline dan berhubung kursi belakang itu bisa bertransformasi jadi kasur, jadi foamnya ngga paten, bisa dilepas pasang. Jadi kalau lagi ngebut itu foam sering bergeser. Kalau pakai carseat sih nyaman, tapi untuk Kira yang sudah ngga pakai carseat malah kaku posisinya. Akhirnya dia nyender pakai bantal ke sisi jendela. Kalau kursi depan masih bisa recline sedikit.

Hal lain perihal penumpang belakang, ternyata selama perjalanan ngga bisa ngobrol sama sekali antara penumpang depan ke belakang wkwkwk ngga nyangka. Kalau mau ngomong ke belakang mesti teriak. Boro ke belakang, supir ngobrol sama penumpang depan aja mesti pake urat. Padahal favorit keluarga kami kalau di mobil adalah ngobrol ngalor ngidul & karaokean. Pupus sudah. Faktor yang bikin susah ngobrol selain karena mobilnya geda, suara dieselnya juga ngajak ribut. Udah diesel, tambah suara klomprang klomprong piring, gelas, meja, rame dah. Sungguh respect sama supir & kenek truk. Janji abis ini kalo nyusul di Cikampek ngga pake ngedumel "lelet banget ni truk". Janji.

Jarak kursi depan ke kursi belakang seperti dari rumah ke Indomaret

Arrival and Departure Day
Another thing we did not expect is kerempongan di hari pertama dan terakhir di camper yang ternyata edan-edanan. Kita mulai dari hari kedatangan. Sampe Christchurch, langsung ke lokasi pickup, urus-urus dokumen dan menemukan banyaknya biaya tambahan. Ada biaya yang dibayar ke pemerintah sebesar 8 NZD/100km, tiba-tiba mesti ambil asuransi yang mahal (yang lebih banyak protectionnya), dan lain-lain yang udah lumayan naikin tensi. Buru-buru belanja ke supermarket, beli kebab karena baru inget belum makan siang, masuk ke camper udah magrib. Akhirnya kami mencari lokasi camping terdekat, jaraknya sekitar 40-50 menit dari bandara Christchurch, tepatnya di kota Ashburton. Yang jelas harus powered site karena baterai dan air bersih camper belum tentu dalam kondisi penuh pada saat pengambilan. Ini juga yang bikin kami memutar itinerary yang tadinya mau ke sisi barat dulu, jadi ke tengah. Nanti kita bahas lebih lanjut perihal itinerary.

Sampe campsite udah lelah letih lesu apakah bisa langsung selonjor? Bisaa, selonjor di lantai kotor bareng koper :) Gini, agenda pertama yang harus dilakukan waktu masuk ke camper adalah ngeluarin semua barang dari koper, susun di laci-laci, dan masukin koper kosong ke bagasi. Karena jika tidak, ga bisa jalan, ga bisa tiduran, ga bisa solat, ga bisa gerak deh di dalem camper.  Memang tantangannya adalah space yang sungguh terbatas, buat buka 1 koper besar 2 sisi aja ga bisa full, jadi unpackingnya harus separo-separo, bahkan pas mau ngambil baju, harus nginjek koper. Sempit banget daaahh pokoknya. Berikut footagenya. Area tempat koper itu harusnya area kasur. Jadi selama koper belum beres ya ga bisa tidur, boro-boro tidur, solat aja ga bisa. Jadilah kami baru tidur jam 2 pagi setelah beberes koper dan ngepel biar bisa solat baru tidur.


Kerempongan di hari pertama ternyata ga ada apa-apanya dibanding kerempongan hari terakhir karena dengan proses packing yang sama, tapi ditambah keburu-buru karena harus balikin camper. Saking chaoticnya, paspor kami ketinggalan di camper pas dibalikin dan baru nyadar sehari setelahnya. Edan apa tidak. Tidak hanya paspor, di dalam map yang sama juga ada SIM Internasional dan visa NZ & AU. Pas nyadar, ayahnya kira langsung ngibrit ke tempat penyewaan, sementara ibu browsing kedutaan Indonesia terdekat dan ternyata ada di pulau seberang yakni di Wellington. Masalahnya, kalo emang harus ke sana, naik apeee. Naik pesawat, ga punya paspor, mau sewa mobil, ga ada SIM. Lemes letih lesu. Untung ketemu itu dokumen-dokumen karena emang ga ada solusi lain selain harus ketemu itu dokumen. Seru banget ini trip dah, pertama kali se-spaneng ini sampe ada acara ketinggalan paspor.

Next kita bahas itinerary di part 2 ya





No comments

Post a Comment

Powered by Blogger.

Popular

LATEST POSTS

© WANDER WITH KIRA
Maira Gall