Monday, October 16, 2017

400 Miles Across The UK (part 2)


Mobil sudah disewa, carseat aman, saatnya road trip dimulai! Rute kami adalah Windsor - Cotswolds District - bermalam di Cotswolds - Birmingham - Coventry - kembali ke London. Kami memilih Cotswolds District karena merupakan salah satu taman nasional atau kalau orang bule nyebutnya Areas of Natural Beauty (AONB) yang terdekat dari London. Seperti yang sudah diceritakan di part satu, dari awal kami memang berencana main jauh-jauh dari London karena ketidaknyamanan teror dan copet di London. Selain itu, what sounds cooler than doing road trip together as a team all over the world? Sounds like a family goal, huh? Setidaknya, ini salah satu goal keluarga kami.

What to expect inside the car
Keahlian pertama yang harus dimiliki anak sebelum road trip di Eropa dan negara lain adalah: betah duduk di carseat. Kalau sehari-hari sudah biasa duduk di carseat, udah deh beres. Ngga ada masalah sama sekali. Ada beberapa peralatan tempur yang saya siapkan untuk bekal di perjalanan:
1. Gadget dengan koneksi internet untuk buka maps. Sebelum berangkat, coba cari informasi soal paket roaming dari provider Anda. Saya menggunakan provider XL dan mereka menjual paket roaming yang menurut saya cukup murah, 200rb rupiah untuk 7 hari dengan menggunakan sisa kuota yang Anda miliki saat itu. Kalau mau beli provider UK, ada namanya Lyca Mobile. Harganya kurang lebih sama dengan paketan dari XL, tapi masa berlakunya lebih panjang dan bisa di isi ulang. Jadi kalau provider Anda ternyata mahal, beli Lyca Mobile di UK bisa jadi pilihan.
2. Charger mobil atau power bank. Ngga lucu kan kalau kehabisan baterai terus ngahngoh gatau mau kemana?
3. Cemilan (tentunyaaa)
4. Speaker mini. Ini sih esensial banget buat Kira, karena lagu merupakan satu-satunya hiburan buat dia yang ngga bisa bergerak di carseat (karena kami tidak memberi Kira gadget sendiri dan kalaupun harus nonton YouTube, habislah kuota yang kita irit-irit ini). Kalau di mobil sendiri, biasanya kami sambungkan via bluetooth ke audio mobil. Tapi berhubung gambling dapat mobilnya yang bisa connect bluetooth atau ngga, jadi kami bawa mini speaker. Kalau tidak punya speaker, ya speaker HP will do lah hahahah anaknya juga belum paham bedanya suara dari speaker HP sama speaker beneran kan?

Carseat yang disewakan ya seadanya. Jangan expect dapat carseat yang sama dengan milik Anda di tanah air. Pastikan untuk memeriksa keamanan dan kebersihan carseat pada saat pengambilan mobil. Kalau memang kotor atau kurang aman seperti seatbeltnya rusak, bisa minta tukar saat itu.

Peralatan tempur ke-5: Bear!

Another thing to expect inside the car is: pemandangan pedesaan Inggris yang tentunya wuedyan. Walaupun saya lebih terkesan dengan pemandangan Swiss, namun yang ini tidak kalah kece. Tapi harap maklum ya kemampuan fotografi kami memang seadanya, jadi foto yang kami ambil sangat tidak menggambarkan keadaan aslinya hehe.



Windsor Castle
Tujuan pertama kami adalah Windsor Castle, semacam Istana Bogor nya UK. Buat yang suka dengan sejarah royal family, katanya sih wajib ke sini. Tapiiii, kita kepagian. Kami memulai perjalanan dari London kurang lebih jam 7.30 pagi dan sampai di Windsor jam 8 lewat, ternyata mereka baru buka jam 9.30. Tapi incaran utama kami memang Long Walk-nya. Di Windsor, ada jalan luruuus sepanjang lebih dari 4km dan dikelilingi area rumput yang luas. Kami mengincar sarapan sambil piknik di sana, sambil Kira bisa berlarian di rerumputannya. Best breakfast in the UK by far.

Walk as long as you wish.




To the Cotswolds
Kalau Anda mencari pedesaan khas Inggris, Cotswolds bisa menjawab keinginan itu. Di Cotswolds hampir semua tempat yang terkenal memiliki gaya bangunan dan tata kota khas pedesaan Inggris. Kami bertandang ke Castle Combe, Bibury Village, Bourton-on-the-water, dan Stratdford upon Avon dan semuanya memiliki pemandangan yang kurang lebih sama, tapi masing-masing lokasi tetap memiliki keunikan sendiri. Untuk Castle Combe, bisa dibilang ngga bisa ngapa-ngapain di sana selain foto-foto. Tidak ada tempat nongkrong atau duduk-duduk. Hanya ada satu cafe kecil dan satu hotel, dengan beberapa turis yang sedang berfoto-foto. Area parkir juga sulit, sangat sedikit lahan parkir dan itu pun milik si cafe, jadi susah cari parkir di Castle Combe. Di Bibury Village, cenderung lebih ramai dibanding Castle Combe. Area perumahannya tidak terlalu besar, ada sungai kecil dan satu cafe yang lumayan ramai, tapi tetap kurang greget untuk berlama-lama di Bibury. Next destination adalah Bourton on the water. Ini baru cucok meonk buat duduk-duduk santai. Ada area rumput cukup luas, ada sungai kecil yang di dalamnya ada anak-anak kecil lagi main ciprat-cipratan air, ada musisi jalanan, ada toko-toko dengan bangunan khas Inggris, ah cakep lah! Kami menghabiskan waktu cukup lama duduk-duduk di dekat sungai dan mengelilingi sudut "kota" kecil ini. Besoknya, kami ke Stratford upon Avon yang karakteristiknya beda lagi. Ini semacam pasar atau pusat perbelanjaannya orang desa mungkin ya. Bangunan toko-toko mengelilingi lahan parkir, ada beberapa resto dan cafe, dan segala jenis toko ada mulai dari toko perabot, toko bayi, sampai toko barang antik juga ada. Tapi kami sih ngga muluk-muluk, yang dicari cukup eskrim dan toilet. Itu aja udah cukup.

 Castle Combe

Castle Combe

 Bibury

Bibury

 Bourton-on-the-water

Bourton-on-the-water

Bourton-on-the-water

 Stratford-upon-Avon

 Stratford-upon-Avon

Sama semua kan bentuknya? Sebenarnya ada satu lagi destinasi wajib di Cotswolds, yaitu ladang lavender, namanya Cotswolds Lavender. Tapi Cotswolds Lavender hanya buka pada masa panen, yang adalah pertengahan bulan Juni sampai pertengahan atau akhir Juli, tergantung cuaca tahun itu. Kami telat sebulan jadi terpaksa dilewatkan. Kalau Anda berencana ke UK pada bulan Juni atau Juli, wajib banget ke sana! Destinasi selanjutnya kami ke Birmingham dan Coventry, tapi cuma untuk mengunjungi kerabat, jadi memang ngga niat "nuris", baru kemudian kembali ke London.

Living like Cotswolds locals
Di Cotswolds, kami menginap di desa Miserden, di rumah yang disewakan dari AirBnb. Tipe akomodasinya adalah private room, jadi kami tinggal bersama pemilik rumah yang ramah banget, namanya Melisa. Kami tinggal bersama anak-anaknya yang juga ramah-ramah, dan hewan-hewan peliharaannya yakni ayam dan KUDA! Guess who got very excited ada kuda di halaman rumah? Tentu saja Kira. Halaman belakang rumah ini Maa Sha Allah ngga masuk akal cakepnya! Lembah landai yang luassss banget, ada kuda-kuda peliharaan berkeliaran. Waktu pagi, lembah ini diselimuti kabut yang lama-kelamaan diganti sama cahaya matahari pagi. Duh susah ah jelasinnya. Fotonya aja begini nih:

Teras belakang rumah. Wedyan kan?

Fase 1

Fase 2

Sudah ada matahari

Penampakan rumah

Gelo kan pemandangannya? Kalau hasil jepretan kami yang skill fotografinya minus aja bisa sebagus di atas, berarti wujud aslinya emang edyan. Kalau tertarik bisa cek di sini nih: Cotswolds AirBnb. Sebenarnya kalau bawa bayi mungkin kurang ideal ya sewa private room dan tinggal bersama pemilik rumah, apalagi kalau masih jetlag. Karena masih jetlag, Kira bangun jam 2 pagi waktu setempat dan tentunya laper dong. Saya merasa ngga sopan menggunakan dapur pribadi pemilik rumah jam 3 pagi saat mereka masih lelap. Tapi sejak hari sebelumnya, saya sudah ngobrol dengan pemilik rumah dan meminta izin untuk menggunakan dapur jam segitu. Dia mengizinkan dengan catatan, anaknya tetap di dalam kamar, jadi hanya saya yang turun ke dapur dan sebisa mungkin tidak berisik. Ribet sih, tapi ini jadi pengalaman baru yang menarik buat kami dan kalau ngga di nekat-in, ngga nemu pemandangan kaya di atas deh.

The nightmare-ish jetlag (all over again!)
Nah, langsung loncat ke hari di mana sudah sampai dengan selamat di Jakarta ya. Bagian paling ngga enak dari liburan emang basian-nya yakni jetlag ya? Karena cuma 4 malam di sana, saya sempat bingung bagaimana mengatur jam tidur Kira. Di malam pertama sempat mencoba mengajak Kira tidur sesuai jam lokal London, tapi tetap terbangun jam 2 pagi which is jam 8 pagi WIB. Di hari kedua dan ketiga karena kami road trip, jadi Kira ototmatis tidur di mobil jam 3 sore (jam 9 malam WIB) dan bangun lagi jam 2-3 pagi. Wah, justru enak nih kalau dia tetap ngikutin jam tidur Jakarta begini. Tapiii, semua berubah di malam terakhir saat mau pulang ke Jakarta. Pesawat kami dijadwalkan berangkat pukul 21.10 GMT +1 dari London ke Jakarta. Sebelum berangkat ke Bandara, Kira sudah tidur pada jam 3 sore. Normal dong karena di Jakarta jam 9 malam. Waktu saya angkut ke taksi, dia bangun dan karena masih terang, Kira sepertinya bingung. Mata sepet tapi kok matahari terang benderang. Sampai di Bandara, malah seger! Ngga tidur-tidur sampai pesawat take off yang adalah jam 3 pagi WIB. Saya pikir ah begadang satu malam doang, insyaAllah tetap normal. Sama seperti malam pertama tiba di London, sudah begadang, tapi jam tidur tetap mengikuti jam tidur Jakarta. Selama di pesawat, bisa dibilang jam tidur Kira juga normal. Bangun jam 10 WIB, kemudian tidur lagi jam 12 siang sampai jam 2. Kami sampai di Jakarta sekitar jam 6 sore. Di perjalanan menuju rumah, Kira tidur lagi sekitar jam 8 malam. Ah, lega! Normal tidurnya! Eeeehhh tak disangka tak dinyana, dia bangun jam 11 malam dannnn segar bugar!! Entah sampai jam berapa Kira baru tidur, bahkan saya dan ayahnya ketiduran duluan.

Malam pertama terlewati. Saya agak menjilat ludah sendiri sih. Di post sebelumnya mengenai jetlag waktu ke Swiss, saya menyarankan untuk tidak bekerja sehari setelah pulang liburan. Kenyataannya, saya yang bekerja freelance celamitan menyetujui jadwal kerja 3 hari berturut-turut setelah pulang dari London. Alhasil, jam tidur Kira ngga beres-beres karena saya harus berbagi perhatian dengan pekerjaan. Kalau malam itu saya begadang ngeberesin kerjaan, ya Kira pasti ikut begadang. Sebenarnya strateginya masih sama dengan waktu pulang dari Swiss, se-malam (atau pagi) apapun Kira tidur, tetap dibangunkan pagi hari dan kebetulan saya kerja diantar suami jadi Kira sekalian ikut nganter. Dan di dekat kantor saya ada taman bermain, jadi Kira bisa main sambil berjemur pagi. Tapi apa mau di kata, begitu masuk mobil ya tidur lagi. Bangun jam 11 atau 12 siang, ketiduran lagi jam 4 sore, malam begadang lagi. Gitu aja terus. Apes banget di UK ngikut jam Jakarta, sampe Jakarta ngikut jam UK. Siklus ini akhirnya berhenti saat saya libur dan full megang Kira hari itu. Pola tidur Kira akhirnya kembali normal di hari ke-4. Strateginya sebenarnya lagi-lagi sama, dibangunkan pagi hari, dan disiplin tidur siang sesuai pola sebelum liburan. Kalo diomongin terlihat mudah ya? Coba dikerjain, saya sih stress :p Dan pesan moral yang bisa dipetik adalah: bener deh, jangan kerja sehari setelah liburan. Selain kita capek, jam tidur anak juga semakin lama beresnya.

Saya rasa cukup sekian dulu kisahnya. Semoga bermanfaat dan menarik untuk dibaca ya. See you di kisah liburan selanjutnya!

XOXO,
Kira

No comments

Post a Comment

Powered by Blogger.

Popular

LATEST POSTS

© WANDER WITH KIRA
Maira Gall