Monday, October 16, 2017

400 Miles Across The UK (part 1)


Another irit trip to the Europe! Alkisah ini adalah liburan penuh ke-irit-an karena budget liburan kian tipis ditelan cicilan #ouch. Liburan kali ini ngintil Ayah kerja ke London 4 malam. Sebentar banget? Emang! Tapi mana ada kata "lama" untuk liburan ya kan? Mau liburan 3 bulan juga terasa cepet :p But we managed to do a 600+ km road trip dalam waktu 4 malam itu. Walaupun jalan-jalan di Londonnya jadi sekejap banget, tapi sama sekali tidak menyesal road trip di UK. Kami ke Cotswolds District (yang cakep banget!!), Windsor, Birmingham & Coventry. Yuk mareee kita bahas satu per satu ya.

UK Visa
Pembuatan visa UK di proses di VFS Global, Kuningan City. Pertama kita harus apply online dulu di website ini. Di website itu kita isi online application yang nantinya akan di print dan diserahkan ke VFS pada saat pengambilan biometrik berikut syarat-syarat lainnya. NAH! Thing to be emphasized is, syarat-syaratnya ngga jelas apa aja. Kalau pakai calo mungkin mereka lebih detail ya. Tapi (tentu saja agar lebih hemat) saya pilih buat urus sendiri dan pengalaman saya pribadi sih begini prosesnya:
1. Isi online application dan pilih tanggal appointment via website.
2. Di website ada daftar dokumen pendukung yang bisa diserahkan seperti: sponsor letter, print out rekening koran, pass photo untuk pemohon yang tidak bisa hadir ke VFS untuk pengambilan biometrik, akta kelahiran, akta nikah untuk yang sponsornya dari suami, dll dll banyakk dah sampe ada surat kepemilikan tanah segala (???)
3. Lakukan pembayaran via website dengan credit card. Saya apply bulan April 2017 tarifnya USD116 untuk yang reguler dan 2x lipatnya untuk fasilitas prioritas yang proses pembuatannya bisa lebih cepat. Tarif untuk anak-anak sama dengan orang dewasa.
4. Print online application dan bawa dokumen ke VFS di waktu yang sudah ditentukan. To be noted: jangan telat! Kalau telat ulang lagi dari awal.
5. (Ini poin paling penting. Baca sampai habis ya) Datang ke VFS Global Kuningan City, bawa paspor asli, print out formulir yang sudah kita isi online, dan dokumen pendukung. Antri antri antri kemudian menghadap ke konter penyerahan dokumen. Pengalaman waktu bikin visa swiss, dokumen kita diperiksa satu per satu mulai dari print out booking tiket & hotel, paspor, print out rekening koran, sponsor letter, asuransi perjalanan, dll dan semua di checklist satu per satu sama petugasnya. Kalau ada yang kurang dia akan minta. Ternyata prosedur visa UK beda lagi. Pada saat di konter, petugas hanya ngecek formulir dan paspor asli. Setelah kedua dokumen itu mereka terima, petugas cuma bilang "ada dokumen lain yang mau diserahkan untuk melengkapi?". Selaku manusia norak yang baru pertama bikin visa UK saya tentunya bingung. Saya serahkan sponsor letter, bukti pemesanan tiket pesawat dan print out rekening koran. Udah itu aja. Bahkan saya tidak menyerahkan pas foto. Saya merasa kopong dan insecure. Masa iya cuma itu dokumen yang saya serahkan? Hari-hari sebelum pengembalian paspor saya pun sukses dipenuhi kegalauan karena prosedur ini.
6. (Ini juga penting!) Visa untuk anak dilakukan secara individu. Jadi gini, waktu bikin visa Swiss, ada pilihan apply visa for family. Jadi saya, suami dan Kira dihitung satu kelompok. Jadi kami dilayani di konter yang sama, persyaratan seperti rekening koran dll juga hanya perlu satu untuk satu keluarga. Di UK beda lagi. Dari awal, Kira sudah harus mengisi formulir sendiri yang sama persis dengan orang dewasa. Saya pikir hanya pengisian formulirnya saja yang sendiri, dan saat penyerahan dokumen saya dan Kira akan dilayani di konter yang sama. Ternyata nomor antrian kami berbeda, saya ambil 2 nomor antrian satu untuk saya satu untuk Kira, di panggil di dua konter yang berbeda di waktu yang sama karena nomor antrian kita berdekatan yang membuat saya harus mondar mandir ke dua konter karena ga mungkin Kira yang nyerahin dokumennya sendiri, dan jadinya Kira juga harus punya copy-an dokumennya sendiri. Untungnya saya jaga-jaga buat photo copy semua dokumen 2 rangkap. Saya pikir sama seperti Swiss, sponsor letter dan rekening koran hanya perlu satu karena toh Kira juga ngga mungkin ke UK sendiri tanpa saya. Ternyata prosedurnya seperti ini. Jadi, penting untuk di catat kalau mau apply visa UK untuk anak, photo copy semua dokumen satu rangkap untuk masing2 individu, termasuk anak. Yang menarik, waktu saya tanya "akta kelahiran perlu ngga, Mba?" petugasnya dengan ramah menjawab "kalau Ibu merasa perlu silakan di lampirkan saja". Whew, Si Mbak sukses membuat aku semakin galau karena di website juga ditekankan sebisa mungkin jangan berikan dokumen yang berlebihan, berikan yang penting-penting saja. Lah tapi ngga ada kisi-kisi mana dokumen yang penting mana yang nggak. Sungguh galau.
7. Pengambilan data biometrik. Note: anak di bawah 2 tahun pun perlu ambil data biometrik berupa foto. Waktu apply Swiss, anak di bawah 5 tahun tidak perlu pengambilan data biometrik. Hanya menyerahkan pas foto saja.
8. Pulang dan menunggu dengan risau email dari VFS. Kalau proses sudah selesai, kita akan terima email dari VFS mengenai pengambilan paspor. Secara resmi, proses pembuatan visa berlangsung kurang lebih 15 hari kerja, tapi bisa lebih cepat kalau sedang sepi. Dengan fasilitas prioritas (yang harganya 2 kali lipat), proses pembuatan visa bisa di bawah 1 minggu.
9. Dapat email dari VFS bahwa paspor kita sudah bisa di ambil, datang ke VFS, ambil seonggok dokumen yang di segel di dalam amplop & plastik. Buka bungkusannya. Buru2 buka paspornya. Naaahh di situ lah Anda baru akan mengetahui nasib Anda. Ada atau nggak tuh lembaran keramat itu.

Airport Life
Kabar gembira untuk kita semua pengejar flight pagi. Soekarno Hatta (terminal 3 domestik dan internasional) ada shower room! Sungguh solusi untuk yang malas mandi di rumah pagi2. Kalau bepergian dengan flight pagi dan kalau Kira belum bangun waktu mau berangkat, saya sering ngga tega (dan malas) mandiin di rumah, alhasil langsung angkut ke mobil dan mandi di tempat tujuan. Tapi itu kalau ke Singapura atau Jogja yang flight timenya cuma 1 jam. Kalau ke London dengan flight time 14 jam, geli juga kalau ngga mandi. Shower room di bandara benar2 solusi yang ciamik untuk prahara ini.

Shower room ini letaknya di dekat boarding gate. Jadi setelah check in, lewatin imigrasi dan avsec dulu ke arah boarding gate, nah di situlah keberadaannya. Petunjuk arah ke shower room pun terpampang nyata. Unitnya juga bisa dikatakan cukup banyak, ada sekitar 5-8 unit shower room, dan kemarin hanya saya yang menggunakan fasilitas ini, jadi benar-benar bebas antri.



Tempatnya sebenarnya ngga terlalu nyempil, tapi mungkin karena belum banyak yang tau, jadi tempatnya sepi dan kalau ngga nyari-nyari, ngga akan sadar di sana ada shower room. Di depan lorongnya ada yang jaga. Mereka akan minta boarding pass sebelum kita masuk. Oh ya, ini juga penting, fasilitas ini gratis! Shower roomnya cukup nyaman, ada water heater (tapi kenapa apes pas saya pakai rusak), isinya cukup lengkap ada shower, wastafel, cermin dan kloset duduk, ruangannya juga lumayan luas, muat lah masuk satu stroller. Tidak disediakan handuk dan peralatan mandi di sini. Saya juga ngga nanya sih karena memang sudah bawa dari rumah, coba Anda tanya, siapa tau disediakan. Tapi akan lebih baik kalau bawa sendiri, karena pasti kan lebih terjamin bersih juga. Satu lagi, hanya ada rain-shower yang menggantung di tembok, tidak ada shower yang pakai selang. Jadi sejujurnya agak susah mandiin anak. Mungkin lebih baik kalau bawa botol air mineral kosong untuk dipakai sebagai gayung, berhubung saya belum tau dan ngga persiapan, yasudah terpaksa pakai tangan.

Shower

Penampakan dalam shower room

Long-haul flight
Bawa toddler/bayi long haul flight sampe belasan jam? Terdengar horor ya? Sama, saya juga ngeri2 sedap waktu pertama kali bawa Kira long haul, apalagi yang sampai belasan jam. Strateginya gimana? Sebenarnya strategi di masing2 anak pasti beda. Kita sebagai orang tua pasti bisa atau bahkan sudah mengenali karakteristik anak kita, apa yang bisa bikin dia tenang dan ngga bosan. Anda bisa bawa mainan atau makanan favoritnya, atau mungkin ada anak yang punya tablet sendiri. Saya kemarin sempat coba save video2 favorit Kira di flashdisk untuk dimainkan di inflight entertainment, karena di semua kelas Garuda Indonesia setau saya ada usb portnya. Tapi ternyata format yang saya save (MP4) tidak supported. Untungnya ada video Hi-5 di list inflight entertainmentnya, jadi sepanjang jalan 14 jam hi-5 aja yang keputer.

As for Kira, dia sangat suka mewarnai, jadi saya bawa pensil warna dan buku mewarnai setebel dosa. Jangan lupa bawa cemilan favoritnya, karena belum tentu cemilan yang disediakan di pesawat sesuai dengan seleranya. Strategi selanjutnya tentu saja Hi-5. Thanks to Garuda Indonesia yang menyediakan video Hi-5 onboard. Mohon jangan dihilangkan dari list ya, kalau bisa ditambah video barney ahahah. Kalau cuaca lagi bagus, bisa juga jalan2 ke galley, ngobrol2 sama pramugari, sekalian orang tuanya juga meluruskan kaki. Kira juga basically termasuk anak yang bisa menghibur diri sendiri, jadi kalau bosen dia nyanyi atau nari2 sendiri. Saya biarin aja dia nari2 selagi tidak membahayakan, toh di pesawat sebenarnya berisik, jadi suara nyanyiannya ngga terlalu terdengar. Kalaupun terdengar penumpang di dekat kita, mereka biasanya malah jadi nontonin dan dapat hiburan baru heheh. Intinya, kita pasti udah tau apa yang bisa menghibur anak selama di pesawat, bawa saja seperlunya, selebihnya improvisasi. Capek memang, tapi kalau ngga nekat ngga akan pergi-pergi, dan kenyataannya ngga se-horor yang dibayangkan kok. Capek-capek seru.

Pantang ketinggalan: Bear
Hi-5 to the rescue. Bear ikut di headset-in, Ibu ngalah :D

Sightseeing in London
First and foremost yang akan saya review tentu saja: public transport. Tetap ngga ada yang ngalahin kecanggihan public transport Jepang deh! Di London masih banyak stasiun tube (underground train) yang tidak ada eskalator dan lift, jadi kalau pakai stroller yang berat dan ribet, selamat, Anda akan kekar. Stroller super praktis dan ringan sangat sangat membantu, dan untuk yang bawa bayi belum bisa jalan, baby carrier juga sepertinya perlu. Keretanya sendiri (sorry to say) jelek dan kuno. Stasiun-stasiunnya juga terkesan kuno dan terasa pengap. Perjalanan di dalam kereta juga menurut saya kurang nyaman karena berisik, suara mesin (atau suara apa tuh ya) terutama waktu kereta berbelok dengan kecepatan tinggi berisik banget. Kira sampai tutup telinga waktu di dalam tube. Saya sendiri lebih prefer naik bis ketimbang tube. Sebisa mungkin cari rute yang full pakai bis deh daripada repot naik tube, naik turun tangga angkat2 anak dan stroller. Di dalam bis, disediakan area untuk wheelchair dan stroller. Kalau kondisi bis tidak terlalu ramai, anak bisa tetap di duduk stroller di area tersebut. Tapi yang diutamakan tetap wheelchair. Kalau ada wheelchair, stroller harus ngalah dan dilipat.

Kalau naik taksi, taksi yang merknya London Taxi bisa masukin stroller tanpa dilipat ke dalam mobil, jadi anak ngga perlu turun dari stroller. Tapi taksi lain, terutama yang van ngga bisa. Ada dua informasi yang berbeda soal bayi duduk di taksi London, ada yang bilang tetap harus pakai carseat, ada yang bilang boleh di pangku atau duduk di kursi penumpang biasa, sekalipun taksi online. Saya 2x naik taksi online di London, yang pertama Kira di pangku, yang kedua supirnya dengan cekatan ngambilin carseat dan dipasang di kursi belakang buat Kira. Jadi kayanya tergantung kesiapan supirnya aja. Yang jelas, belum ada taksi yang menolak penumpang karena bawa bayi dan mereka tidak memiliki carseat.

Covering her ears bcs its too noisy. (Bapaknya usaha mendokumentasikan juga)
Untuk fasilitas pejalan kaki di London menurut saya okay lah. Saya tidak menemui kesulitan yang berarti bawa toddler dan dorong-dorong stroller di London. Tidak terlalu banyak sepeda juga di London, jadi fasilitas pejalan kaki cukup steril dari sepeda. Yang lucu, nyebrang jalan bisa sembarangan di sini, ngga perlu nunggu lampu merah. Kalau punya nyali, silakan nyebrang, tapi tetap harus di zebra cross, walaupun ada juga beberapa yang nyebrang ngga di zebra cross, tapi paling 1 - 2 orang aja, mungkin yang kebelet.

Oh ya, untuk yang nyari makanan halal di London sama sekali ngga perlu khawatir. Di London buanyaaakkk banget yang jual makanan halal, karena yang memakai jilbab pun seliweran di mana-mana. Ah, enak banget deh. Selama jalan, setiap 10 meter sekali ada papan "Halal food" "Halal meat" dll. Keuntungan bagi yang memakai jilbab, kalau mampir ke outlet yang tidak ada papan halalnya, penjualnya akan dengan senang hati memberi tahu mana makanan yang aman dan tidak mengandung unsur non halal. Buat laki-laki atau yang tidak pakai jilbab, mungkin akan lebih aman kalau membeli di outlet yang sudah jelas-jelas halal, atau bisa bertanya ke penjualnya apakah makanan yang dia jual halal. Suami saya sempat ditawarkan untuk mencicipi makanan waktu di Borough Market, kemudian waktu penjualnya lihat saya, dia nanya "Are you two together? Ah, sorry mate, this contains some alcohol. This one is fine for you" lalu memberi makanan yang lain.

Kami sebenarnya ngga terlalu banyak jalan-jalan di London, bahkan kami ngga ke landmark-landmark seperti Big Ben, London Bridge, dll. Kami memang memutuskan untuk sebentar aja jalan-jalan di Londonnya, selain karena memang waktunya mepet, juga karena tingkat teror di London lagi lucu-lucunya alias banyak banget teror. Pencopet juga surprisingly banyak! Banyak sekali aircrew yang kecopetan di kota London, bahkan sampai paspornya hilang. Asli PR. Jadi kalau jalan-jalan di London, jangan pernah lepas pandangan dari barang bawaan ya. Sebisa mungkin bawa tas yang aman dan cari strategi supaya dokumen penting seperti paspor bisa ngumpet se-ngumpet ngumpetnya. Selubungin pakai tisu atau celana dalam mungkin(?) biar ngga menarik perhatian (tips macam apa sih ini hahahah). Di London kami cuma jalan-jalan paling 1 hari. Hari pertama setengah hari, hari terakhir juga setengah hari. Hari pertama cari jajanan lokal di Borough Market (aja). Tadinya dari Borough Market mau iseng ke landmark-landmark, tapi untungnya hujan ngga berhenti-berhenti, jadi kita pulang aja deh selimutan. Sorenya lanjut ke Warner Bros Studios. Hari terakhir kami ke Portobello Market di Notting Hill. Ada pasar yang jual barang-barang antik, pernak-pernik dan oleh-oleh. Kalau mau hunting barang antik bisa ke Portobello Market, sekalian foto2 di bangunan warna warni yang terkenal lewat film sesembak Julia Roberts.

Portobello Market

Notting Hill. Anak kedua (Bear) harus ikut ke mana-mana.

Road trip time!
Untuk menjalankan misi road trip ini, kami sewa mobil di practical.co.uk. Sebenarnya ada banyak website penyewaan mobil di Eropa, yang paling terkenal adalah europcar.com. Tapi practical lokasi pengambilan mobilnya lebih dekat dari hotel tempat kami menginap. Nah, satu fakta menarik mengenai sewa mobil di Eropa adalah: semakin lama waktu sewa, harga sewa per hari jadi jauh lebih murah. Sebagai contoh gini, alkisah ada 2 jenis mobil, sebut saja satu mobil jelek, satu mobil bagus. Kalau sama2 mau sewa 2 hari, tarif per hari tentunya lebih murah mobil jelek dong. Tapi kalau sewa mobil jelek 2 hari dibandingkan dengan sewa mobil bagus 3 hari, harga per harinya malah lebih murah sewa mobil bagus! Margin harga total sewa mobil jelek 2 hari dengan total harga mobil bagus 3 hari ngga jauh beda. Jadi tentu saja, kami pilih sewa mobil bagus 3 hari. Jadinya bisa lebih santai juga road tripnya tidak diburu waktu. Oh ya, untuk jalan-jalan di dalam kota London sendiri menurut beberapa orang sangat tidak disarankan menggunakan mobil. Karena pertama, macet. Asli ini kota macet loh, apalagi di jam sibuk. Kedua, banyak jalan satu arah, jadi kalau nyasar atau kelewatan wassalam harus muter lagi melewati kemacetan. Sering ada jalan yang ditutup juga untuk acara-acara tertentu. Ketiga, tarif parkir ajegile mahaaaal. Pengalaman teman yang pernah bawa mobil di dalam kota London, menurutnya malah lebih cepat naik public transport ketimbang bawa mobil. Bawa mobil jutsru lebih makan waktu. Niat mau lebih cepat dan praktis kan naik mobil, malah lebih rempong.

Takut kepanjangan, kelanjutnya di post ini ya.

No comments

Post a Comment

Powered by Blogger.

Popular

LATEST POSTS

© WANDER WITH KIRA
Maira Gall